Wilayah Pesisir Tidak Boleh Semakin Rusak!
November 18, 2022Menangkap Ikan Menggunakan Kelong
November 24, 2022Halo Penjaga Laut! Ada yang ingat tanggal 15 November 2022 lalu Penjaga Laut sedang main-main ke mana? Yap betul! Penjaga Laut sempat main-main ke Bali untuk ngobrol-ngobrol bersama teman-teman mahasiswa Universitas Warmadewa! Di acara Sail to Campus (STC) Universitas Warmadewa kali ini, Penjaga Laut akan cerita-cerita mengenai ancaman krisis iklim di wilayah pesisir. Seru banget!
Kira-kira, ada yang tahu nggak apa sih tujuan dari diadakannya acara STC ini? Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran kaum muda urban, mahasiswa, pelajar, serta komunitas pecinta laut terhadap pentingnya aksi untuk menekan krisis iklim. STC kali ini mengangkat tema pesisir karena krisis iklim adalah ancaman bagi wilayah pesisir termasuk Bali. Krisis iklim ini bisa menyebabkan peningkatan permukaan air laut sehingga berdampak pada wilayah pesisir dan dataran rendah. Nah, banjir, erosi pantai, dan perendaman ini adalah salah satu dampaknya.
Nggak cuma temanya aja yang seru, nih. Narasumbernya juga nggak kalah keren! Ada Kak Nina, Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Anak Muda Yayasan EcoNusa, ada Pak Ketut Sudiarta, Dosen Universitas Warmadewa, dan ada Kak Putri, anak muda penggiat lingkungan. Nggak lupa juga ada banyak sekali teman-teman mahasiswa Universitas Warmadewa yang hadir langsung di lokasi maupun daring melalui Zoom. Horeee!
Kak Nina selaku narasumber pertama menceritakan tentang banyaknya pulau-pulau kecil yang hilang karena naiknya permukaan air laut. Nah, kejadian ini tentu diawali dengan apa? Iya betul, dengan kebiasaan-kebiasaan kita yang nggak sayang sama lingkungan ini lho. Belum lagi akhir-akhir ini hujan sedang deras-derasnya, ya. Jadi banyak juga nih banjir di mana-mana, bahkan di Bali yang sebelum-sebelumnya nggak terlalu sering mengalami banjir. Ini sebagai akibat apa? Bener, tidak lain tidak bukan, krisis iklim.
Selanjutnya, Pak Ketut menyampaikan tentang dampak-dampak perubahan iklim, khususnya yang dirasakan oleh teman-teman yang tinggal di Bali. Beberapa di antaranya adalah pemutihan terumbu karang, menurunnya kelimpahan ikan, ketidakmampuan nelayan untuk meramal lokasi keberadaan ikan, dan kerusakan infrastruktur di sekitar wilayah pesisir. Semua kondisi – yang tentunya sangat disayangkan ini – secara nggak langsung berpengaruh pada kondisi perekonomian Pulau Bali. Wah, sungguh memprihatinkan, ya.
Terakhir, ada Kak Putri yang bercerita tentang teman-teman kaum muda Bali yang optimis menghadapi tantangan ke depan, seiring dengan terjadinya bonus demografi. Tapi, bukan berarti anak-anak muda ini nggak punya kecemasan akan masa depan, lho. Beberapa kecemasannya bahkan sangat berkaitan dengan isu-isu lingkungan juga. Belum lagi kalau ada perasaan takut atau nggak yakin yang lazim dikenal sebagai mental block. Tenang, walaupun mungkin rasanya nggak mudah untuk dilalui, tapi pasti bisa, kok! Bisa dimulai pelan-pelan dari diri sendiri ya, Kawan Penjaga Laut.
Terus, apa nih yang bisa kita lakukan sebagai anak muda untuk turut berpartisipasi menjaga wilayah pesisir? Bisa dimulai dengan mengadakan aksi tanam mangrove untuk melindungi wilayah pesisir atau buat program untuk mendukung community based homestay menjadi ecofriendly. Atau segampang nggak buang sampah sembarangan kalau di pantai, deh. Oh iya, Kak Yolanda Parede selaku Koordinator Nasional Penjaga Laut juga menyampaikan kalau laut ini bukan tempat sampah. Nggak cuma itu, wilayah pesisir dan laut memiliki arti yang strategis dan penting bagi masa depan Indonesia. Jadi, yuk mulai dijaga yuuuk!
Seru banget, ya ngobrol-ngobrol bareng di STC Universitas Warmadewa! Jangan lupa ya untuk terus membiasakan diri melakukan langkah-langkah baik buat menjaga lingkungan. Nggak usah mikir kejauhan, mulai dari lingkungan sekitar dulu saja, yuk! Jangan sampai nih karena kita lalai menjaga lingkungan, makin banyak lagi pulau-pulau yang tenggelam. Nanti mau healing ke mana, dong? Sampai jumpa di STC selanjutnya ya, Kawan Penjaga Laut!