Mengarungi Kehidupan Laut Dangkal
December 9, 2021Menjelajah Twilight Zone
December 15, 2021Seiring dengan semakin meningkatnya suhu sebagai akibat dari pemanasan global, lapisan-lapisan es yang berada di Kutub Utara juga turut meleleh lebih cepat dari biasanya. Menurut para peneliti dari UCL Inggris, es di wilayah pesisir Kutub Utara menipis 70-100% lebih cepat dari konsensus yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, wilayah Arktik juga memanas tiga kali lipat pada skala global.
Daratan es lain yang juga mengalami nasib serupa adalah Greenland. John Willis, seorang Ilmuwan NASA, mengungkapkan bahwa kenaikan suhu bumi yang berlangsung terus menerus menyebabkan daratan es mencair. Ia juga menambahkan bahwa pencairan es besar-besaran di Greenland telah terjadi selama dua tahun lebih. Menurutnya, pencairan es ini masih terus terjadi karena ulah manusia yang terus menyebabkan perubahan iklim.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh National Snow and Ice Data Center (NSIDC), hilangnya es di wilayah Kutub Utara dan sekitarnya telah meningkat sebanyak 6 kali lipat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Melelehnya es tersebut bisa mengakibatkan naiknya permukaan laut hingga 2,5 kaki. Tidak berlebihan jika beberapa pihak menyebut kondisi ini sebagai ancaman yang lebih parah dan nyata dibandingkan ancaman COVID-19.
Mencairnya es di Kutub Utara dan sekitarnya memang berpengaruh besar terhadap keberlangsungan hidup ekosistem tersebut, terutama hewan-hewan yang bergantung kepada lapisan es untuk berkembang biak, berburu, dan mencari makan. Contoh masalah yang dihadapi hewan-hewan tersebut adalah kurangnya es untuk melakukan kamuflase ketika sedang berburu. Hal ini juga menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mendapatkan makanan.
Dari total semua kejadian mencairnya es, sebanyak 20% terjadi karena perubahan iklim, sedangkan 80% sisanya berhubungan dengan anomali angin dan arus laut. Lebih lanjut lagi, proyeksi iklim melaporkan bahwa Last Ice Area di Kutub Utara akan lenyap sepenuhnya pada tahun 2040.