[Webinar Registration] ACT Conference
May 11, 2022Ikan Kakatua, Penjaga Laut Biru Kita
May 18, 2022Penjaga Laut, pernahkah kalian berada di situasi yang ternyata berbeda dari yang kalian bayangkan sebelumnya? Misalnya nih, kalian sedang ujian. Kelihatannya soal-soal yang kalian hadapi ini gampang-gampang banget. Ternyata, begitu dikerjain, wah kok susah? Kok ribet? Nah, situasi yang bertolak belakang ini juga terjadi pada nelayan-nelayan Indonesia. Nih, coba dibayangkan ya, laut kita luas sekali dengan jumlah ikan yang melimpah ruah. Tapi faktanya, nelayan kita masih berada di garis kemiskinan, lho. Menurut data dari BPS pada tahun 2018 saja, 20-48% nelayan di Indonesia masih miskin. Wah, kok bisa, ya?
Menurut Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) M Riza Damanik, ada beberapa hal yang menyebabkan nelayan lokal Indonesia masih tergolong miskin. Penyebab pertama adalah jumlah tangkapan yang mereka bawa pulang itu hanya sedikit. Lho, katanya masih banyak ikan di lautan? Iya, ikan di lautan memang ada banyak, tapi nelayan-nelayan lokal ini kalah dari kapal-kapal berbobot besar yang tentu saja, lebih mampu mengambil lebih banyak ikan. Apalagi kalau kapal-kapal penangkap ikan asing mulai mampir. Kasihan banget, ya.
Selain itu, penyebab lainnya adalah masih belum terpenuhi hak-hak dasar keluarga nelayan. Contohnya antara lain fasilitas kesehatan yang masih kurang memadai, susahnya mendapat akses air bersih, dan kondisi pemukiman yang buruk. Hal-hal ini ternyata juga bisa memengaruhi produktivitas nelayan. Kalau produktivitas minim, tentu hasil tangkapannya juga nggak banyak. Sama kan kayak kita kalau lagi nggak produktif, nggak banyak pekerjaan yang bisa selesai dengan maksimal di waktu-waktu tersebut?
Oh iya, beberapa wilayah pemukiman nelayan ini juga terletak di wilayah terpencil yang aksesnya masih susah sekali didapatkan. Hal ini kemungkinan berpengaruh pada sampai atau tidaknya bantuan dari pemerintah ke keluarga-keluarga nelayan yang membutuhkan. Oleh karena itu, menurut Dr. Zakariya Anwar, M.Si dan Wahyuni, S.Sos., M.Si dalam jurnalnya yang berjudul Miskin di Laut yang Kaya: Nelayan Indonesia dan Kemiskinan – diterbitkan di Sosioreligius Nomor IV Volume 1, Juni 2019 – pemerintah harus merumuskan kebijakan pembangunan kawasan pesisir dan masyarakatnya secara berkesinambungan. Wah, pekerjaan rumah yang besar sekali nih! Tapi pasti bisa dooong?
Penjaga Laut, jangan lupa untuk mengapresiasi nelayan yang sudah bekerja keras untuk memastikan kebutuhan ikan kita sehari-hari bisa dipenuhi. Semoga keadaan mereka membaik, ya. Nah, kalian pasti bertanya-tanya, apa ya yang bisa kita lakukan? Jawabannya tentu dengan aktif berkontribusi untuk ikut menjaga laut dan lingkungan sekitar, supaya nggak cuma terjaga dan asri, tapi juga nggak menjadi hambatan tambahan untuk para nelayan. Yuk, mulai dari sekarang!