Transformasi Pelabuhan Belawan Menjadi Eco-Port
March 25, 2022Kesehatan Laut adalah Prioritas Indonesia
April 1, 2022Penjaga Laut, perubahan iklim di bumi kita masih terus berlangsung sampai hari ini. Banyak sekali faktor yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan iklim ini. Apakah perubahan iklim ini ada hubungannya dengan COVID-19? Ada. Apakah perubahan iklim ini punya pengaruh tertentu terhadap laut? Iya, dong. Lalu, apa saja sih langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah? Yuk, kita simak bersama-sama melalui artikel ini.
Kita semua tentu tahu kalau selama pandemi COVID-19, banyak sekali orang-orang yang akhirnya beralih ke mode bekerja dari rumah. Sepanjang tahun 2020 saja sudah ada sekitar 1 juta pekerja di Jakarta yang menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Dengan banyaknya aktivitas yang bisa dilakukan dari rumah, semakin berkurang juga orang-orang yang bepergian ke luar rumah dengan menggunakan kendaraan pribadi. Menurunnya jumlah orang yang bepergian ke rumah ternyata juga turut menurunkan angka emisi CO2.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan bahwa emisi karbon pada 2020 turun menjadi 579 juta ton dari sebelumnya 638 juta ton pada 2019. Selain itu, penurunan emisi dari kegiatan mitigasi DEN mencapai 64,6 juta ton. Hal ini dikarenakan adanya pilihan pemanfaatan energi dalam bentuk biodiesel dan efisiensi energi. Tidak hanya itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto menyebutkan bahwa upaya menurunkan emisi karbon telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia melalui press releasenya juga menegaskan komitmen mereka untuk menurunkan gas rumah kaca melalui langkah strategis pada sektor kritikal perubahan iklim. Ada beberapa langkah yang sudah dilakukan, salah satunya adalah dengan memulai rehabilitasi hutan mangrove. Rehabilitasi hutan mangrove tersebut ditargetkan mencapai 600 ribu hektare dan selesai di tahun 2024. Program rehabilitasi mangrove ini juga terus diakselerasi sebagai bagian dari persiapan penyelenggaraan G20. Rehabilitasi mangrove ini sangat penting untuk dilakukan, mengingat hutan mangrove bisa menyimpan karbon 4-5 kali lipat lebih banyak dibanding hutan tropis dan bisa menyerap emisi karbon secara efektif.
Perubahan iklim juga nggak mau ketinggalan buat memengaruhi kondisi laut, nih. Beberapa pengaruhnya antara lain kenaikan permukaan air laut, pemutihan terumbu karang, dan memanasnya laut. Kondisi ini juga mau tidak mau akan memengaruhi kondisi lingkungan di sekitar laut, misalnya masyarakat pesisir. Bahkan, perubahan iklim juga bisa memengaruhi kehidupan biota laut dan pola migrasinya. Wah, ternyata dampaknya besar banget, ya!
Tapi kita juga nggak boleh lupa kalau selalu ada kemungkinan peningkatan angka emisi CO2 kembali di kemudian hari, terutama ketika kegiatan sehari-hari mulai berjalan seperti biasa. Oleh karena itu, ada baiknya juga untuk para pelaku ekonomi agar tetap memperhatikan strategi berkelanjutan untuk menghindari kerusakan atau pencemaran lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar bukan hanya merupakan tempat tinggal kita, tetapi juga tempat tinggal generasi penerus. Jangan lupa untuk terus semangat menjaga lingkungan sekitar kita ya, para Penjaga Laut di manapun kalian berada!