Arti Terumbu Karang bagi Ekosistem Laut
Januari 21, 2021Beli makanan bungkusnya pakai plastik, beli minuman bungkusnya pakai plastik, beli skincare bungkusnya pake plastik. Sebagian besar yang kita konsumsi pasti bungkusnya plastik, bener nggak sih?
Padahal, kita nggak minta plastik itu, seolah sudah satu paket dengan barang yang kita beli. Entah kamu belanja di swalayan, pasar tradisional maupun warung kelontongan. Banyak dari barang-barang yang sering kita pakai–terutama bahan plastik–adalah barang sekali pakai, yang digunakan sekali dan kemudian dibuang ke tempat sampah.
Hmm..pernah nggak kamu kepikiran selintas, kira-kira sampah plastik itu dibuang kemana, ya? Terus, kenapa sih di dunia ini musti ada plastik?
Sebelum kesitu, kita harus tahu dulu apa itu plastik. Plastik sendiri berasal dari kata “pliable dan easily shaped” yang berarti lentur dan mudah dibentuk. Singkat cerita, selama satu setangah abad terakhir manusia berhasil belajar bagaimana membuat polimer sintetik–cikal bakal plastik– yang kuat, ringan, dan fleksibel.
Produksi plastik dimulai pada pertengahan abad ke-19, ketika seluloid, yang berasal dari polimer selulosa alami pada tumbuhan, dikembangkan sebagai pengganti gading yang membuka jalan untuk produksi massal. Tren pemakaian plastik semakin meningkat di Amerika Serikat pasca perang dunia kedua, setelah krisis ekonomi dan depresi hebat, kegiatan ekonomi berangsur membaik.
Saking hebatnya, penemuan plastik ini menggantikan bahan-bahan alami untuk kebutuhan industri serta ekonomi. Fenomena tersebut pun dicatat sangat apik oleh Susan Freinkel, dalam bukunya yang berjudul Plastic : A Love Story (2011) Susan menuliskan, “Dalam produk demi produk, pasar demi pasar, plastik menantang bahan tradisional dan menang, menggantikan baja dalam mobil, kertas dan kaca dalam kemasan, dan kayu dalam furnitur.”
Semenjak itu plastik menjadi barang berguna, dan menjadi bagian dari hidup kita. Terutama selama 50 tahun terakhir plastik telah memenuhi dunia kita dan mengubah cara hidup kita.
Namun, ibarat pepatah lama yang mengatakan ‘tak ada gading yang tak retak’. Plastik yang membawa kemudahan dan kemajuan untuk umat manusia, ternyata membawa ancaman yang cukup ngeri-ngeri sedap bagi ekosistem laut.
Lho-lho-lho, kok bisa Kak?
Jadi, menurut sebuah laporan ilmiah yang dirilis oleh A Plastic Ocean , sampah plastik laut telah berdampak pada lebih dari 600 spesies laut dari dasar hingga puncak rantai makanan, banyak yang mati karena kematian yang menyakitkan karena terjerat atau menelan plastik.
Artinya, ketika dahulu merusak pemandangan atau mengganggu, sampah plastik kini dipahami secara luas sebagai penyebab kepunahan spesies, kerusakan ekologi, dan masalah kesehatan.
Sebuah studi tahun 2017 dari Ellen MacArthur Foundation menemukan bahwa pada tahun 2050, lautan di bumi akan mengandung lebih banyak plastik daripada ikan. Ini diakibatkan oleh pembuangan sampah plastik yang di buang ke laut sembarangan, sampah laut sendiri berasal dari dua sumber umum diantaranya:
- Berasal dari darat, yang mencakup sampah dari pengunjung pantai, serta puing-puing yang tertiup ke laut atau tersapu oleh limpasan air hujan; dan
- Berasal dari laut, yang meliputi sampah yang dibuang ke laut oleh kapal dan perahu, serta puing-puing penangkapan ikan, seperti plastik yang diikat dari kotak umpan, tali pancing atau jaring yang dibuang, dan alat tangkap yang terlantar.
Lantaran bahan plastik terbuat dari minyak, gas alam dan batubara adalah bahan tidak mudah terurai. Hal yang bisa dilakukan lautan adalah memecah plastik menjadi mikroplastik, dan mikroplastik menjadi nanoplastik yang lebih kecil. Partikel tak terlihat ini tetap berada di dalam air, menciptakan efek tumpahan petrokimia permanen. Partikel tersebut tertelan oleh kehidupan laut, memasuki rantai makanan, terkontaminasi dalam daging, dan semakin banyak dikonsumsi oleh manusia.
Ngeri banget gak sih para penjaga laut? dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik buat ekosistem laut. Tapi kita bisa melakukan hal-hal kecil yang di mulai dari diri kita sendiri, kaya mulai ngurangin penggunaan plastik biar ekosistem laut tetap terjaga.
Selain mengurangi sampah plastik, kira-kira apa yang bisa lakuin bareng-bareng buat jaga ekosistem laut?