Suku Bajo, Pengarung Lautan dari Indonesia
Mei 10, 2022[Webinar Registration] ACT Conference
Mei 11, 2022Penjaga Laut, ingat nggak sih, waktu sekolah dulu hidup kita ini penuh persaingan ya. Entah bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama di kelas, persaingan di lomba akademis maupun non akademis, atau persaingan antar kelas atau antar sekolah – wah yang terakhir ini seru banget, sih. Nah, supaya bisa jadi yang terbaik, kamu mesti punya daya saing yang oke, kan? Nggak cuma itu, kamu juga harus meningkatkan daya saingmu secara terus menerus. Percaya nggak sih, kalau peningkatan daya saing ini juga dibutuhkan oleh nelayan-nelayan Indonesia, supaya jadi juara di rumah sendiri?
Menurut analisis data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017 yang dilakukan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad Prof. Dr. Zuzy Anna dan tim, nelayan adalah salah satu profesi termiskin di Indonesia. Kira-kira, ada 11,34% orang di sektor perikanan yang tergolong miskin, disusul oleh 9,86% di sektor konstruksi bangunan, 9,62% di sektor pengelolaan sampah, dan 5,56% di sektor pelayanan restoran. Wah, kok bisa gitu, ya?
Nah, kondisi ini juga secara tidak langsung diakibatkan oleh daya saing nelayan yang kurang maksimal, terutama di nelayan-nelayan kecil. Beberapa faktor yang menyebabkan daya saing nelayan terus menurun adalah kelangkaan dan tingginya harga BBM, Besaran tarif PNBP dan pungutan, rusaknya ekosistem laut, dan masuknya ikan impor yang harganya jauh lebih murah. Wah betul juga ya, ini tantangan yang harus diselesaikan banget, nih! Kalau dibiarkan terus, bisa menyebabkan efek domino juga, misalnya stunting atau kurangnya protein karena kurang makan ikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Kemenko Marves bersama dengan Perum Perindo dan fishOn kembali mengadakan rapat koordinasi untuk menindaklanjuti nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama Nomor 01/NKB/MARVES/VIII/2020 pada tanggal 30 Agustus tahun 2020 antara ketiga instansi tersebut. Nota kesepahaman ini isinya adalah komitmen ketiga lembaga ini untuk meningkatkan daya saing di bidang perikanan di Indonesia. Ada beberapa persiapan yang sudah dilakukan, antara lain menentukan harga di tingkat nelayan dan berbagai kelengkapan teknis supaya mutu ikan dapat terus terjaga hingga proses distribusi ke pasar. Nggak cuma itu, Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Kemenko Marves Dedy Miharja juga menambahkan bahwa sudah ada BUMN Perum Perindo yang menyerap, memproses, dan melakukan distribusi hasil tangkapan nelayan melalui aplikasi online Sahabat Gemarikan. Nggak cuma itu, ada juga beberapa inisiatif dari anak-anak muda untuk turut membantu rantai pasar perikanan nelayan kecil, misalnya Aruna, Minapoli, dan e-fishery. Keren, ya!
Penjaga Laut, mari kita doakan semoga inisiatif-inisiatif yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing para nelayan dan industri perikanan Indonesia bisa terlaksana dengan lancar, ya. Nelayan yang daya saingnya kuat tentu kesejahteraannya bisa meningkat. Dan seperti yang kita semua tahu, kalau nelayan sejahtera, tentu kondisi perikanan juga bisa terjaga kesejahteraannya. Nelayan-nelayan ini udah keren-keren banget selalu mempersiapkan pasokan ikan buat kita, jadi jangan lupa juga untuk diapresiasi, ya! Semangaaaat, Penjaga Laut!