Konservasi Perairan Indonesia Luas Sekali!
Januari 26, 2022Berlayar Bersama Kapal-Kapal Penangkap Ikan
Februari 2, 2022Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan kabar erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. Sejauh ini, erupsi tersebut telah menelan 22 korban jiwa, 56 korban luka-luka, dan 22 orang hilang. Selain itu, ada 5.205 jiwa terdampak dan sebanyak 2.004 jiwa mengungsi ke posko pengungsian yang sudah disediakan. Cerita mengenai gunung api aktif di darat tentu sudah sering kita dengar. Tapi, bagaimana dengan gunung api aktif yang berada di dasar laut?
Indonesia memiliki ratusan gunung api bawah laut dengan 8 di antaranya sudah diberi nama dan didaftarkan ke lembaga dunia. Koordinator Pemetaan Kelautan BIG Fajar Mugiarto menjelaskan kedelapan gunung api bawah laut tersebut adalah Gunung Baruna Komba, Abang Komba, dan Gunung Ibu Komba di NTT, Gunung Pagai di perairan barat Sumatera, dan Gunung Naung, Gunung Maselihe, Gunung Roa, dan Gunung Kawio Barat di Sulawesi Utara.
Kedelapan gunung tersebut ditelaah lebih lanjut dengan aturan yang mengacu pada dokumen B-6 Standardization of Undersea Features Names dari International Hidrographic Organization (IHO). Kedelapan gunung tersebut diklasifikasikan sebagai gunung berapi bawah laut karena memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter dan berbentuk kerucut.
Di antara kedelapan gunung tersebut, Gunung Api Kawio Barat adalah gunung api bawah laut tertinggi di dunia. Gunung api ini memiliki tinggi 3200 meter, dihitung dari dasar laut Sangihe sampai puncaknya. Titik puncaknya sendiri berada di kedalaman 1900 meter di bawah permukaan laut. Oleh karena itu, untuk mencapai gunung tersebut diperlukan kapal khusus. Salah satu poin menarik dari gunung api yang satu ini, seperti yang dirilis oleh NOAA dan LIPI, adalah suhunya yang sangat panas, meskipun lokasinya berada di laut.
Selain kedelapan gunung api tersebut, ada satu gunung api lain yang memiliki potensi wisata luar biasa. Gunung api tersebut adalah Gunung Banua Wuhu yang terletak di Sangihe, Sulawesi Utara. Gunung Banua Wuhu berada di bawah 5 meter di atas permukaan laut dan tingginya dari dasar laut lebih dari 400m. Di sekeliling gunung api ini terdapat kepulauan-kepulauan kecil yang memiliki lokasi diving, rumah-rumah nelayan, hingga terumbu karang.
Terkait dengan letusan gunung api yang secara umum masih terjadi di sekitar kita ini, ternyata letusan-letusan tersebut berkaitan erat dengan perubahan iklim, lho. Menurut Gioachino Roberti, mahasiswa PhD di University of Clermont Auvergne, suhu yang terus menghangat bisa menghilangkan kestabilan dari lereng-lereng gunung, sehingga berujung pada terjadinya longsoran dan letusan gunung. Selain itu, ketika tekanan di gunung berapi hilang, akan ada bencana-bencana lainnya yang mungkin terjadi.
Selain itu, team dari University Leeds juga menyimpulkan lelehan gletser yang semakin cepat mencari memengaruhi banyaknya letusan gunung api secara signifikan. Ketika masih banyak lapisan gletser, tidak ditemukan peningkatan aktivitas gunung api. Nah, sekarang coba dibayangkan ya, bagaimana ya jadinya kalau gletser-gletser tersebut terus meleleh?
Mungkin banyak sekali yang baru menyadari kalau perubahan iklim ternyata memiliki pengaruh besar terhadap letusan gunung berapi, baik yang berada di laut maupun di darat. Semoga kejadian ini terus memotivasi kita untuk tetap menjaga lingkungan sekitar guna mengurangi pesatnya perubahan iklim, ya.