Halo Penjaga Laut! Pada tanggal 7 April lalu, EcoNusa Foundation bersama dengan Universitas Airlangga (Unair) mengadakan acara bertajuk Sail to Campus: Mendobrak Ekonomi Biru Melalui Inovasi Laut Berkelanjutan. Kami nggak hanya bertemu dengan teman-teman mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, tapi juga berdiskusi bersama DR. Surya Tjandra, S.H., LL.M selaku Wakil Menteri Kementerian ATR/BPN RI, Drs. Victor Gustaaf Manoppo, M.H selaku Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Wahyu Isroni, S.PI, M.P selaku akademisi FPK Unair, Utari Octavianty selaku Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, dan Thara Bening Sandrina dari Jogo Segoro. Wah, diskusi apa aja, nih?
Diskusi pertama membahas tentang Reforma Agraria di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk mewujudkan ekonomi biru bersama DR. Surya Tjandra, S.H., LL.M selaku Wakil Menteri Kementerian ATR/BPN RI. Wah kok kayaknya berat banget sih ini? Tenaaang, nggak usah khawatir. Gini lho intinya, melalui diskusi ini pemerintah ingin memastikan bahwa pulau-pulau terluar mendapat perlindungan yang layak, supaya kejadian seperti Pulau Sipadan dan Ligitan nggak terulang lagi. Masih ingat dong, kejadian jatuhnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia? Bapak Surya Tjandra juga menambahkan bahwa ketika kita berbicara mengenai pulau-pulau terluar, itu berarti kita berbicara mengenai batas-batas dengan negara lain. “Batas-batas terluar ini merupakan teritori Indonesia” ujarnya.
Selain itu, pulau-pulau terluar ini juga harus terus diberdayakan. Salah satu caranya dengan menggunakan konsep Integrated Coastal Management. Konsep ini menekankan pada empat pendekatan, yaitu pendekatan adaptif, pengelolaan berbasis ekosistem, integrasi dan interrelasi, serta antar generasi. Dengan kata lain, semua pihak aktif terlibat untuk pemberdayaan ini, ya? Iya, dong! Pokoknya nggak ada yang ditinggal. Memangnya dia, ninggal-ninggalin kamu? Hehehe. “Tantangan kita itu adalah bagaimana kita berhenti memunggungi laut.” tutup Bapak Surya Tjandra.
Selanjutnya, kita berdiskusi lebih dalam mengenai ekonomi biru bersama Dr. Hendra Yusran Siry, S.Pi., M.Sc, Sekretaris Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP yang mewakili Drs. Victor Gustaaf Manoppo, M.H selaku Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP. Melalui presentasinya, beliau mengingatkan sekali lagi kalau laut kita ini punya nilai potensi yang besar sekali. Beberapa nilai potensi tersebut adalah potensi terumbu karang sebesar 45T, mangrove sebesar 21T, Lamun 4T, dan tentu saja, wisata bahari yang nilainya mencapai angka 20T.
Sebentar, sebentar, ini dalam triliun rupiah? Iya, betul banget! Coba, kira-kira kalau uangnya dipakai buat makan pecel lele, bisa buat makan berapa tahun, tuh? Nggak cuma itu, Bapak Hendra juga menyampaikan kalau pengelolaan potensi laut yang luar biasa ini harus dilakukan berdasarkan dengan hukum yang berlaku dan berkelanjutan, demi kebaikan kita semua. Kalau pengelolaannya diatur dengan maksimal, kita juga merasa tenang, kan? Selanjutnya, Bapak Hendra menyampaikan kalau ada 3 strategi yang diterapkan sebagai pilar ekonomi biru untuk memastikan kita bisa menjaga kesehatan laut sambil mempercepat keberlanjutan ekonomi kelautannya. “Ketiga pilar itu adalah ekologi, ekonomi, dan sosial. Kita berharap ini bisa memberikan dampak berupa dasar-dasar pengelolaan yang lebih baik untuk menjaga kesehatan laut, menarik investasi, dan menciptakan lapangan kerja yang bermanfaat untuk masyarakat pesisir dan ekonomi nasional.” tambahnya. Beliau juga menegaskan bahwa dalam prinsip ekonomi biru ini, ekologi adalah pihak yang diutamakan.
Penjaga Laut, kita lanjutkan ceritanya di artikel bagian 2 nanti, ya! Semoga kita selalu semangat untuk menjaga laut dan lingkungan sekitar. Kalau mulai males, jangan lupa ingat-ingat kalau nggak ada hal yang sia-sia untuk kebaikan, sekecil apapun itu. Yuhuuu ayo semangat! Pasti bisa!
Mau berbagi cerita juga? Yuk daftarkan komunitas-mu ke dalam jaringan Penjaga Laut