Penjaga Laut, dari 17.500 pulau dan 108.000 kilometer garis pantai yang ada di negeri kepulauan ini, Indonesia sudah sejak lama dikenal dengan potensi kelautannya. Dengan potensi tersebut, sejak Nusantara hingga Indonesia, lautan yang terbentang dari ujung barat Sabang hingga timur Merauke ini mampu menyediakan sumber penghidupan bagi 60% penduduknya.
Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) Indonesia memiliki kekayaan laut yang nilainya setara dengan 120 miliar USD. Jumlah nilai tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara tersbesar dengan kekayaan lautnya, setelah China dan Peru. Hal senada juga diungkapkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam laporannya yang berjudul Sustainable Ocean Economy Country Diagnostics Of Indonesia (2016:14), sektor perikanan menyumbang nilai PDB (Produk Domestik Bruto) tahun 2019 sekitar 21 miliar USD. Dari sejumlah kekayaan laut tersebut laut Indonesia menyediakan 7 juta pekerjaan dan lebih dari 50% kebutuhan protein hewani warga negaranya.
Untuk masyarakat pesisir di Indonesia, laut bahkan mampu menghidupi mereka secara turun temurun meski hanya bermodalkan kapal berukuran kecil. Terdapat 643.100 kapal ikan yang ada di Indonesia, 95,5 persen di antaranya diketahui merupakan kapal berukuran di bawah 10 GT. Dengan kata lain, apabila sektor perikanan ini dikelola dengan baik maka laut Indonesia sejatinya sudah lebih dari cukup untuk dapat menghidupi warganya.
Sementara itu, potensi kekayaan laut lainnya seperti terumbu karang, dapat menopang pendapatan pariwisata sekitar 3,1 miliar USD per tahun melalui kegiatan rekreasi yang didukungnya (misalnya, menyelam dan snorkeling) (Spalding et al dalam Kaczan et.al, 2016:14). Hal ini tak terlepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan satu dari enam negara yang terdiri dari Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon yang terletak dalam segitiga karang dunia (coral triangle) dengan keanekaragaman hayati terumbu karang tertinggi di dunia.
Hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 km2 (COREMAP-CTI LIPI, 2016) atau sekitar 10 persen dari total terumbu karang dunia (luas 284.300 km2) dan penyumbang terbesar sekitar 34 persen dari luas terumbu karang di wilayah segitiga karang dunia (luas 73.000 km2).
Sejumlah kekayaan tersebut juga belum termasuk dengan peran mangrove yang tak hanya menjaga eksosistem peisir dari degradasi, tetapi mampu menyediakan ladang penghidupan masyarakat setempat. Luasan mangrove di Indonesia termasuk yang paling luas di dunia dengan jumlah 3.489.140,68 Ha (tahun 2015). Jumlah ini setara dengan 23% ekosistem mangrove dunia yaitu dari total luas 16.530.000 Ha. Dikutip dari mongabay.co.id menurut peneliti Senior Center for International Forestry Research (CIFOR) Daniel Murdiyarso jumlah kekayaan masngrove tersebut memiliki potensi nilai ekonomi hingga 10 miliar USD melalui pemanfaat karbon biru.
Dalam ekosistem karbon biru, hutan mangrove berfungsi sebagai produsen primer, tempat memijah, tumbuh, membesarkan dan tempat tinggal sementara atau tetap bagi moluska, krustasea dan ikan. Sedangkan pada batang dan tajuk mangrove hidup berbagai tumbuhan dan hewan seperti reptil, burung dan berbagai serangga. Sebagai contoh betapa kayanya keanekaragaman jenis biota yang hidup berasosiasi dengan mangrove, hasil identifikasi ikan yang dikoleksi disekitar mangrove berjumlah sekitar 39 – 82 species yang termasuk dalam 32 suku dan 6 jenis udang serta 8 jenis kepiting. (Martosewojo and soedibjo, 1991, Chong et al 1991, Dollar et al 1991).
Mengingat peran ekosistem karbon biru ecara ekonomis dan ekologis, mangrove menawarkan potensi besar dalam menyediakan sumber ekoomi bagi negara. Hal ini seturut dengan potensi besar pada keanekaragaman ikan dan juga terumbu karang yang telah terbukti mampu menyumbang pendapatan negara dan menhidupi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Kekayaan dan potensi ini sudah selaykanya dimanfaatkan dan dimaksimalkan dengan memperhatikan ekositem berkelanjutan.
Pemanfaatan kekayaan laut yang berkelanjutan selaras dengan konsep ekonomi biru yang menerapkan logika ekosistem. Istilah ekonomi biru pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010 oleh Gunter Pauli melalui bukunya yang berjudul The Blue Economy: 10 years – 100 innovations – 100 million jobs. Dalam perspektif ekonomi biru, ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor dalam suatu sistem.
Dalam laporan yang berjudul Sustainable Ocean Economy Country Diagnostics Of Indonesia yag disusun oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) (2016:6) disebutkan bahwa ekonomi biru merupakan kunci untuk meningkatkan kegiatan perekonomian laut dan pesisir yang selaras dengan keberlanjutan ekosistemnya. Dari riset yang dilakukan, perikanan dan pariwisata pesisir adalah sektor yang paling signifikan untuk dikembangkan.
Dalam strategi ekonomi biru, pemerintah pada dasarnya dimungkinkan untuk memantau, mengelola tiga tren penting yang sehubungan dengan ekonomi laut yaitu (1) perubahan kekayaan laut, termasuk bakau, lamun, dan terumbu karang; (2) distribusi pendapatan terkait laut di antara berbagai kelompok masyarakat (termasuk pendapatan dari perikanan atau pariwisata bagi masyarakat lokal) dan; (3) kontribusi kegiatan ekonomi berbasis nasional.
Dengan kekayaan sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia, ekonomi biru menawarkan sebuah jawaban di tengah degradasi ekosistem laut dan penurunan pendapatan negara akibat pagebluk. Sekilas, gagasan ekonomi biru nampaknya perlu diwujudkan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya laut yang berkelanjutan dengan menyeimbangkan konservasi dan pertumbuhan ekonomi secara bersamaan. Namun, semua ini masih butuh pembuktian, terutama dari pemerintah. Di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata dan berdampak pada kondisi ekologis dan ekonomi masyarakat, akankah proyek ekonomi biru mampu menjaga laut Indonesia sebagai sumber penghidupan warganya?
Sumber:
https://drive.google.com/file/d/1jvcFUUApZLtJ2hxAeD697E46w4mRkPL7/view?usp=sharing
https://www.worldbank.org/en/programs/indonesia-sustainable-oceans-program/resources
http://www.fao.org/fishery/facp/idn/en
http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/561
https://www.mongabay.co.id/2018/05/09/inilah-kondisi-beberapa-terumbu-karang-indonesia/
Mau berbagi cerita juga? Yuk daftarkan komunitas-mu ke dalam jaringan Penjaga Laut