Eksplorasi Ekonomi Biru
Desember 7, 2021Es di Kutub Utara Meleleh Terlalu Cepat
Desember 10, 2021Laut yang memiliki 7 zona kehidupan tentu memiliki keunikan sendiri di setiap bagiannya. Banyak sekali yang menganggap bahwa laut dalam adalah bagian kehidupan laut yang paling menarik. Padahal, zona laut dangkal yang berada di kedalaman 50-200 meter juga memiliki keunikan yang tidak kalah menarik dengan bagian laut lainnya.
Zona laut dangkal seringkali disebut sebagai Sunlight Zone, karena bagian ini masih sering mendapat cahaya matahari. Suhu di bagian ini cenderung hangat dan memiliki biota yang beragam. Beberapa hewan yang bisa ditemui di laut dangkal adalah hiu, ikan pari, ubur-ubur, bintang laut, dan penyu — hewan-hewan yang juga lazim ditemui ketika sedang snorkeling atau melintasi bagian laut tersebut dengan perahu. Selain itu, phytoplankton, yang merupakan makanan utama sebagian besar hewan laut, juga hidup di bagian laut dangkal.
Menurut Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII), Eko Siswoyo, S.T., MSc.ES., Ph.D., ekosistem laut sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan ekosistem lain di sekitarnya. “Di laut hidup berbagai jenis biota dan fitoplankton dengan jumlah yang sangat tinggi mampu menyerap karbon, dan di waktu yang bersamaan ia akan menghasilkan oksigen, sehingga bisa dikatakan ekosistem laut mensuplai oksigen yang sangat besar bagi daratan juga,” katanya. Lebih lanjut lagi, Eko Siswoyo juga menyebutkan manfaat dari komponen-komponen ekosistem laut dangkal. Beberapa di antaranya adalah sebagai sumber bahan baku air minum dan sumber pangan terbesar.
Di balik keindahannya, ternyata ekosistem laut dangkal terancam oleh keberadaan mikroplastik. Menurut studi yang dilakukan oleh Profesor Dr. Akbar Tahir, Ketua Riset Sampah Plastik Lautan dari Universitas Hasanuddin, mikroplastik sangat merugikan rantai makanan dan kesehatan ekosistem perairan dangkal. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah biota laut di pulau kecil Spermonde. Dari 81 sampel sedimen yang dikumpulkan di lamun yang berbeda, ada 22 spesimen yang positif mengandung mikroplastik. Selain itu, mikroplastik tersebut juga ditemukan di spesimen ikan dan bulu babi.
Selain di Spermonde, mikroplastik juga turut ditemukan di wilayah laut dangkal lain di Indonesia. Penelitian Departemen Kelautan Universitas Padjajaran dan Balai Riset dan Observasi Laut Denpasar, Kementerian Kelautan dan Perikanan menemukan 68 kg sampah laut di sekitar Pulau Biawak, Indramayu. Dari total 68 kg sampah laut yang ditemukan tersebut terdapat 0,08 kg mikroplastik di setiap kilogramnya. Banyak juga, ya kalau dihitung-hitung.
Mikroplastik dikategorikan berbahaya karena bisa merusak sistem endokrin manusia dan mengganggu kekebalan tubuh manusia. Selain itu, mikroplastik juga bisa menyebabkan siklus reproduksi hewan laut terganggu dan mengganggu pencernaan hewan laut. Jika ini terus berlangsung, maka kehidupan ekosistem yang lebih besar juga akan turut terancam.