Pemuda Sebagai Motor Gerakan Sosial dan Lingkungan
Mei 26, 2021Urgensi Rehabilitasi Mangrove Indonesia Yang Kian Kritis
Mei 29, 2021Penjaga laut, keberadaan mangrove bukan hanya berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak, angin dan abrasi. Mangrove juga memiliki peranan penting dalam ekosistem karbon biru. Namun, apa itu karbon biru?
Karbon biru diserap dan disimpan di dalam laut serta pada ekosistem pesisir seperti hutan pasang surut, hutan mangrove dan lahan basah. Karbon biru merujuk pada karbon yang diserap dan disimpan di dalam laut dan ekosistem pesisir. Disebut ‘biru’ karena terbentuk di bawah air. Sejumlah ekosistem tersebut mampu menyimpan sebagian besar karbon di dalam. Dari semua itu, hutan mangrove dapat menyimpan tiga-kali lebih banyak karbon per hektar.
Mangrove adalah istilah yang dipakai untuk jenis tumbuhan yang dapat hidup di daerah rawa pantai yang mempunyai kondisi perairan payau serta di daerah pesisir pantai. Daerah pantai yang datar yang masih dipengaruhi pasang surut air laut dan berdekatan dengan aliran sungai adalah daerah yang paling ideal untuk tumbuh kembangnya mangrove. Apabila mangrove tumbuh dan berkembang di daerah yang cocok seperti ini, mangrove akan membentuk hutan dengan zonasi yang komplit. Zonasi ini muncul sebagai akibat adanya proses suksesi dan adaptasi dari masing-masing jenis mangrove.
Zonasi ini dibagi beradasarkan posisi, zona depan, tengah dan belakang. Zona yang lebih kedepan di tempati jenis yang lebih toleran terhadap air laut yang antara lain Ceriop sp., Xyclocarpus sp., Aegiseras sp dan Nypa sp. Zona tengah atau daerah yang lebih kearah pantai di tempati oleh jenis-jenis yang tahan terhadap salinitas tinggi dan subtrat dasar berkadar oksigen rendah seperti Lumnitzera sp., Bruguiera dan Rhizophora sp. Zona tengah atau daerah yang lebih kearah pantai di tempati oleh jenis-jenis yang tahan terhadap salinitas tinggi dan subtrat dasar berkadar oksigen rendah seperti Lumnitzera sp., Bruguiera dan Rhizophora sp.
Jenis mangrove yang ada dalam ekosistem hutan mangrove ada sekitar 75 jenis yang termasuk dalam 41 marga dan 24 suku. Sedangkan tumbuhan lainnya yang biasa ditemukan di hutan mangrove ada sekitar 157 jenis. (Kusmana, dalam Suharsono 393: 2014). Di Indonesia, mangrove hampir tumbuh di seluruh pantai dari Sabang-Merauke. Di sepanjang pantai timur Sumatera, Pulau Kalimantan, pantai selatan Sulawesi dan pantai selatan Papua adalah daerah dengan pertumbuhan mangrove terbesar di Indonesia.
Dari data Kementerian LHK tahun yang dipublikasikan pada tahun 2017 menunjukan Indonesia memiliki luasan mangrove sebesar 3.489.140,68 Ha pada tahun 2015. Jumlah ini setara dengan 23% ekosistem mangrove dunia yaitu dari total luas 16.530.000 Ha. Dari total luasan tersebut, pantai timur Sumatera, pantai Kalimantan dan pantai Selatan Papua merupakan tiga lokasi yang memberikan kontribusi hutan mangrove dengan masing sebesar 19%, 26 % dan 30% (Pramudji, 391:2014).
Namun, baru-baru ini KKP menyebutkan 19% dati total luasan lahan mangrove di Indonesia atau setara dengan 637.000 ha sudah masuk dalam kondisi kritis. Kondisi ini jelas menghawatirkan bagi kelangsungan ekosistem laut dan pesisir, mengingat peran mangrove dalam ekosistem karbon biru sangatlah signigikan.
Dalam ekosistem karbon biru, hutan mangrove berfungsi sebagai produsen primer, tempat memijah, tumbuh, membesarkan dan tempat tinggal sementara atau tetap bagi moluska, krustasea dan ikan. Sedangkan pada batang dan tajuk mangrove hidup berbagai tumbuhan dan hewan seperti reptil, burung dan berbagai serangga. Sebagai contoh betapa kayanya keanekaragaman jenis biota yang hidup berasosiasi dengan mangrove, hasil identifikasi ikan yang dikoleksi disekitar mangrove berjumlah sekitar 39 – 82 species yang termasuk dalam 32 suku dan 6 jenis udang serta 8 jenis kepiting. (Martosewojo and soedibjo, 1991, Chong et al 1991, Dollar et al 1991).
Hal yang tak kalah penting lainnya adalah kemampuan mangrove yang dapat menyimpan sekitar 10% dari semua emisi. Di hutan mangrove yang dikategorikan sebagai ekosistem lahan basah, penyimpanan karbon mencapai 800-1.200 ton per hektar. Pelepasan emisi ke udara pada hutan mangrove lebih kecil dari pada hutan di daratan, hal ini karena pembusukan serasah tanaman aquatic tidak melepaskan karbon ke udara (Murdiyarso et al., dalam Rahmah et al 528: 2014). Mangrove juga dapat meredam pemanasan global dengan menyerap karbon pada saat berfotosintesa.
Mengingat ekosistem karbon biru merupakan penyerap karbon yang efektif, bila dilindungi dan direstorasi, dan materi organik terkunci dalam tanahnya, mangrove menawarkan potensi besar dalam mitigasi perubahan iklim. Potensi ini sudah selaykanya dimanfaatkan dan dimaksimalkan sebagai salah satu cara untuk memperlambat laju dampak dari perubahan iklim yang sedang terjadi.
Sumber:
Rahmah et al. November 2014. Potensi Karbon Tersimpan Pada Lahan Mangrove Dan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh. Junal Jurusan Konservasi Sumberdaya Lahan Pascasarjana Unsyiah. Banda Aceh.
https://core.ac.uk/download/pdf/291623535.pdf
https://forestsnews.cifor.org/55426/apa-itu-karbon-biru?fnl=en
https://reefresilience.org/id/blue-carbon/blue-carbon-introduction/blue-carbon-benefits/
Suharsono. 2014. Biodiversitas Biota Laut Indonesia. Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta.
https://www.researchgate.net/publication/323309341
http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/561
https://www.mongabay.co.id/2021/05/04/upaya-memulihkan-ekosistem-mangrove-yang-kritis/