Kapal-kapal besar dengan alat penangkap ikan masif telah mengeruk perut laut dan menghabisi seluruh isi. Stok ikan terus menurun, ketahanan pangan mulai jadi persoalan, dan dunia mulai bertanya apa solusi untuk eksploitasi ikan berlebih. Saat mereka masih bergulat dengan tanya, Indonesia telah menyimpan jawabannya sejak lama: Sasi. Sasi adalah satu dari ratusan kearifan lokal di Nusantara yang telah menjaga kelestarian laut sejak dahulu kala.
Sasi adalah seperangkat aturan adat di area Maluku dan Papua. Dalam masyarakat Misool di Raja Ampat, Papua, sasi berarti sumpah, yaitu sumpah untuk menaati larangan pengambilan sumber daya tertentu pada durasi waktu tertentu. Aturan adat ini bertujuan untuk memberi kesempatan pada alam untuk beristirahat dari eksploitasi manusia dan beregenerasi. Sumpah ini mengikat setiap orang yang berada di wilayah adat tersebut, dan sanksi adat tersedia bagi mereka yang melanggar.
Di Pulau Ay, Maluku, Sasi dituangkan dalam Peraturan Negeri (desa) Administratif Pulau Ay No.1/2014 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam. Siapapun yang melanggaran Peraturan Negeri tersebut akan dikenakan denda sejumlah uang atau hukuman adat seperti cambuk. Sekitar tahun 2017 masyarakat Pulau Ay melaksanakan Sasi Laut, termasuk larangan menangkap lobster untuk memberi waktu bagi lobster di perairan tersebut berkembangbiak. Di tahun yang sama, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan lobster di perairan WPP NRI 714 (termasuk perairan Pulau Ay) dalam kondisi over-exploited. Penduduk pulau kecil di sisi timur Nusantara tersebut tampaknya kenal betul dengan alam mereka.
Penegakan Sasi dilakukan oleh Kewang, yaitu lembaga dalam struktur adat yang dipercaya telah ada sejak tahun 1600an. Kewang merupakan jabatan adat yang berlaku seumur hidup. Eliza Marten Kissya, atau yang akrab disapa Pak Eli, merupakan contoh Kepala Kewang di Pulau Haruku yang telah mengabdikan diri menjaga alam sekitar selama lebih dari empat dekade. Perubahan jaman tentu menuntut penyesuaian, kini Pak Eli bersama dengan Yayasan Econusa menyelenggarakan Sekolah Kewang Muda untuk mencari penjaga laut dan alam Maluku dan Papua selanjutnya.
Sasi merupakan kekayaan budaya yang menjaga kekayaan alam Indonesia. Ia adalah satu dari banyak kunci jawaban yang tersebar di penjuru Indonesia untuk persoalan eksploitasi ikan habis-habisan. Penjaga Laut, masalah-masalah yang kita hadapi kini, ternyata kadang kala jawabannya telah ada sejak dahulu kala. #AkuJagaLaut
Sumber:
https://www.mongabay.co.id/2020/12/26/melihat-keberhasilan-sasi-melindungi-biota-laut-pulau-ay/
Agshari, Wekke. Jurnal Airaha Vol. 4 No. 1, Juni 2015. Ritual Sasi Laut; Akulturasi Agama Dan Budaya Dalam Praktik Ritual Kebaharian Masyarakat Misool Raja Ampat. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong.
Judge, Marizka. Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008 . Peranan Hukum Adat Sasi Laut Dalam Melindungi Kelestarian Lingkungan Di Desa Eti Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat. Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta.
Mau berbagi cerita juga? Yuk daftarkan komunitas-mu ke dalam jaringan Penjaga Laut