[WEBINAR] Jaga Ekosistem, Jaga Iklim: Pengelolaan Sumber Daya Alam Papua oleh Masyarakat Adat
Oktober 19, 2021Ayo Berkebun Untuk Menjaga Iklim!
Oktober 21, 2021EcoNusa Foundation dan Penjaga Laut mengadakan webinar berjudul “Jaga Ekosistem, Jaga Iklim: Mangrove” sebagai rangkaian kegiatan Aksi Muda Jaga Iklim yang bertujuan untuk mengajak anak-anak muda agar lebih peduli terhadap perubahan iklim melalui aksi nyata. Dalam webinar ini dihadirkan 4 narasumber, yaitu Yusran Nurdin Massa, Environmental Technical Advisor (ETA) Blue Forest, Myrna A. Safitri, Deputi Bidang Edukasi dan Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Republik Indonesia, Nirwan Dessibali, Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, dan Ade Saskia Ramadina, IKAL Makassar.
Indonesia adalah negara dengan potensi mangrove yang besar dengan total populasi mangrove sebanyak 23% dari keseluruhan populasi mangrove dunia. Lahan mangrove terluas yang dimiliki Indonesia berada di Papua. Sayang sekali, sekitar 19,26% dari total populasi mangrove sudah rusak berat. Padahal, mangrove memiliki kemampuan luar biasa untuk menyerap karbon. “Mangrove berperan besar dalam menekan laju peningkatan konsentrasi gas rumah kaca.” kata Yusran Nurdin Massa.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah memiliki inisiatif untuk memperbaiki kondisi mangrove Indonesia melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Republik Indonesia yang didirikan pada tahun 2016. Pada 2020, lembaga ini diamanahkan untuk mengurus mangrove. Proses restorasi mangrove tentu tidak bisa dilakukan secara instan. “Jangan berharap kalau merusak waktunya lama, kemudian minta sembuhnya cepat. Itu namanya pengobatan instan. Pengobatan instan itu pasti tidak bisa menyembuhkan sampai ke akarnya.” kata Myrna A. Safitri.
Kondisi mangrove yang saat ini kritis tentu harus segera mulai direhabilitasi karena mangrove sangat berperan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. YKL yang berlokasi di Makassar melakukan monitoring dan pengawasan terhadap ekosistem mangrove yang ada di sana. “Mangrove betul-betul sudah terbukti bisa menjadi benteng di pesisir untuk melindungi masyarakat.” kata Nirwan Dessibali. Contohnya adalah ketika tsunami menghantam Palu di tahun 2018 silam ketika mangrove bisa mengurangi tingkat keparahan akibat bencana.
Sedangkan di Makassar, aktivitas ekonomi dan aktivitas ekowisata juga bergantung pada mangrove. Di Kampung Tanjung Batu, Kalimantan Timur, 1.832 hektare mangrove bisa menghasilkan keuntungan ekonomi hingga Rp 35 milyar per tahun. “Di sini kita bisa melihat ada manfaat ekonomi langsung dan tidak langsung.” imbuh Nirwan.
Simak video webinar di sini.