Belajar Keberlanjutan Bersama Eathink Market Fest
November 3, 2022Bertemu Netizen, Siap Bergerak Bersama!
November 4, 2022Penjaga Laut, kalau ditanya apakah kamu suka makan enak atau nggak, tentu jawabannya pasti suka, ya. Apalagi kalau sedang ada perayaan tertentu – misalnya ulang tahun – wah, pasti makanannya banyak dan ingin banget dimakan semua. Tapi, nggak jarang juga nih ada momen-momen ketika kita nggak menghabiskan makanan. Kira-kira, apa sih yang terjadi kalau banyak sisa makanan yang nggak bisa kita habiskan gitu?
Nah, ternyata makanan-makanan sisa ini punya kaitan erat dengan perubahan iklim. Iya, kamu nggak salah baca, beneran ini. Jadi, sisa-sisa makanan ini dikategorikan sebagai sampah organik. Setiap tahunnya diperkirakan ada 164 juta ton sampah makanan di Indonesia. Sampah-sampah organik ini bukan sekadar ada lalu bikin penuh penampungan sampah aja, nih. Mereka juga bisa menghasilkan gas metan yang merupakan salah satu gas penyumbang efek rumah kaca di atmosfer sana. Mulai kebayang ya, perannya sisa makanan ini?
Ternyata situasi terkait sisa makanan dan perubahan iklim ini nggak membaik nih, kawan Penjaga Laut. Angkanya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, tentu harus ada langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah ini. Setidaknya ada 3 langkah yang bisa diambil – khususnya oleh pemerintah – lho. Ketiga langkah tersebut adalah proses dekomposisi di TPA, 3R sampah kertas, dan membangun pembangkit listrik berbahan bakar sampah yang dipadatkan. Jadi, sisa makanan ini nggak terbuang sia-sia dan hanya bikin “rusuh” di atmosfer sana.
Penjaga Laut, nggak usah khawatir ya, kita juga bisa kok berkontribusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim ini. Mari kita mulai dengan mengurangi sisa-sisa makanan ini. Jadi, mari ambil makanan secukupnya dan nggak meninggalkan sisa makanan. Makan secukupnya ini juga bisa membantu kalian mengatur kesehatan diri sendiri, lho. Jadi, nggak usah ragu lagi, ya! Yuk sama-sama kita para anak muda menjaga lingkungan!